Selasa, 30 Desember 2014

TBC ( Penulisan 5 )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Tuberkulosis, MTB, atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten.
Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Baru pada tahun ini turun ke peringkat ke-4 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010).Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps).
Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam %), tahun 2003 (87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%).

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa itu Tuberkulosis?
2.      Bagaimana cara Tuberkulosis meginfeksi manusia?
3.      Bagaimana cara penularan penyakit tuberkulosis dari penderita ke masyarakat sehat?
4.      Bagaimana cara penanangan terhadap penderita tuberkulosis?

1.3  .Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau memperluas pengetahuan masyarakat tentang turbekulosis atau TBC, sehingga masyarakat mengetahui tanda-tanda awal timbulnya penyakit TBC dan mengetahui cara penanggulangan penyakit tersebut.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Etiologi dan Faktor Resiko
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh M.tuberculosis, suatu bakteri aerob yang tahan asam (acid fast bacillus). TopletB merupakan infeksi melalui udara dan umumnya didapatkan dengan inhalasi partikel kecil (diameter 1 hingga 5mm) yang mencapai alveolus. Droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa, bersin, dan atau menyanyi. Droplet nuklei terinfeksi kemudian dapat terhirup oleh orang yang rentan (inang). Sebelum terjadi infeksi paru, organisme yang terhirup harus melewati mekanisme pertahanan paru dan menembus jaringan paru.
Paparan singkat dengan TB biasanya tidak menyebabkan infeksi. Orang yang paling umum terserang infeksi adalah orang yang sering melakukan kontak dekat berulang dengan orang yang terinfeksi yang penyakitnya masih belum terdiagnosis. Orang tersebut mungkin orang yang memiliki kontak langsung dengan klien yang kurang tertangani secara medis, populasi pendapatan rendah, orang yang dilahirkan di luar negeri, atau penghuni fasilitas perawatan jangka panjang atau suatu asrama. Populasi risiko tinggi lainnya adalah pengguna obat-obatan intravena, tuna wisma, dan orang yang karena perkejaannya sering terpapar TB aktif (pekerja kesehatan).

2.2  Bakteriologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex adalah :
1.         M.tuberculosae
2.         Varian Asian
3.         Varian African I
4.         Varian African II
5.         M. bovis
Kelompok kuman M.tuberculosae dan Mycobacteria Other Than Tb (MOTT,atypical) adalah :
1.         M. kansasii
2.         M. avium
3.         M. intra cellulare
4.         M. scrofulaceum
5.         M. malmacerse
6.         M. Xenopi
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak(lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun- tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwakuman lebih menyenangi jaringan yang tinggikandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.


2.3  Klasifikasi Tuberculosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifikasi tuberkulosis.
            Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :
1.      Pembagian secara patologis
a.      Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
b.      Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)

2.      Pembagian secara aktivitas radiologis
a         Tuberkolosis paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktifdan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh).

3.      Pembagian secara radiologis (luas lesi)
a        Tuberkolosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu parumaupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b.      Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebiih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
c.       Far advanced tuberculosis.
d.      Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis.
Di indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis:
a.      Tuberkulosis paru
b.      Bekas tuberculosis paru
c.       Tuberculosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
·         Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif.
·         Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Di sini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi Tb dalam 4 kategori yakni : an terhadap:
a.       Kategori I, ditujukkan terhadap:
1.      Kasus baru dengan sputum positif
2.      Kasus baru dengan bentuk Tb berat
b.      Kategori II, ditujukan terhadap:
1.      Kasus kambuh
2.      Kasus gagal dengan sputum BTA positif
c.       Kategori III, ditujukkan terhadap:
1.      Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
2.      Kasus Tb ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
d.      Kasuss IV, ditujukkan terhadap: Tb kronik

2.4  Patogenesis
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbukak pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airbone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit(biasanyay sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolusbiasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg,1981). Setelah berada dalam ruang alveolusn biasanya dibawah lobus atau paru paru atau dibagian atas lobus bawah – basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leokosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosis bakteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari hari pertama maka leokosit diganti oleh magrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsoldasi dan timbul gejala pnemonia akut. Pnemonia ini dapat sembuh dengan sendirinya , sehingga tidak ada sisa yanh tertinggal atau proses juga dapat berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke getah bening regional. Makrofag yang mengadakan inviltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentralesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnay yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke dalam brokus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini akan dapat terulang kembali dibagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama dan akan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui kelenjar getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lulus dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang akan kadang-kadang menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkolosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan kesebar ke dalam organ-organ tubuh.

2.5  Manifestasi Klinis
Pada stadium dini penyakit tuberkulosis biasanya tidak nampak adanya tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didioagnosis hsnya dengan tes tuberkulin, pemeriksaan radiogram dan pemeriksaan bakteriologik.
Menurut CDC, suatu kasus tuberkulosis dapat dipastikan bila organisme M. tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus tuberkulosis dianggap benar bila hal – hal berikut ini dapat ditemukan (poblik health service/center of disease control, 1980) ;
1.      Prosedur diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap.
2.      Bukti adanya infeksi tuberkulosis
3.      Radiogram dada dengan hasil abnormal(tidak sabil, dapt memburuk atau membaik) dan adaau tidak bukti klinis akan  adanya penyakit ini.
4.      Keputusan untuk memberikan suatu paket terapi yang lengkap dengan dua atau lebih obat antituberkulosis.
Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya destruksi jaringan paru  – paru, produksi sputum semakin bnyak dan batuk-batuk dapat menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada, dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudah lanjut. Beberapa penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam hari, dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronkitis akut dan pneumonia.
Deteksi dan diagnosis TB dicapai melalui temuan pemeriksaan lit karena subjektif dan hasil pengujian objektif. Diagnosis sulit karena TB menyerupai banyak penyakit lain dan dapat terjai bersama dengan penyakit paru lainnya. Perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya harus memiliki kecurigaan tingkat tinggi pada klien dengan risiko tinggi TB.
Riwayat klien meliputi pengkajian kemungkinan paparan baru atau lama tehadap TB dan juga pekerjaan klien, dan perjalanan atau riwayat tinggal di negara di negara dengan insiden TB yang tinggi. Riwayat paparan TB sangat penting, tetapi sebagian klien tidak menyadari paparan ini.
Innfeksi TB primer mungkin tetap tidak dikenali karena relatif tanpa gejala. Lesi klasifikasi pada rongten dada dan reaksi uji kulit positif sering kali merupakan satu-satunya indikasi bahwa infeksi TB primer telah terjadi. Kebanyakan klien memiliki basilus tuberkel seumur hidup dan tidak pernah mengalami penyakit aktif karena daya tahan tubuh mereka cukup untuk menghalangi infeksi primer. Tuberkel akan sembuh melalui fibrosis dan klasifikasi. Ketika orang yang terinfeksi mengalami penyakit aktif, dapatt terjadi hal berikut :
1.      Lokasi kompleks primer berkembang dan memburuk
2.      Terjadi kavitasi di dalam paru
3.      Infeksi aktif akan menyebarecara klinis
4.      Klien menjadi sakit
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah:
1.      Demam
Biasanya subferbil menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
2.      Batuk atau Batuk Darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3.      Sesak nafas
Pada penyakit ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4.      Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya.
5.      Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksiatidak ada nafsu makan, badan makain kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Gejala Tuberkulosis Aktif
·         Gejala Paru
1.      Dispnea
2.      Batuk nonproduktif atau produktif
3.      Hemoptisis
4.      Nyeri dada yang berupa pleuritik atau nyeri dada tumpul
5.      Sesak di dada
6.      Crackles dapat ditemukan pada auskultasi
·         Gejala Umum
1.      Rasa lelah
2.      Anoreksia (hilang nafsu makan)
3.      Kehilangan berat badan
4.      Demam rendah diikuti menggigil dan berkeringat (sering pada malam hari) .

2.6 Temuan Diagnostik
2.6.1        Tes tuberkulin intradermal ( Mantaoux )
Adalah dengan menyuntikkan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit tuberkulin secara intrakutan, pada sepertiga atas permukaan volar lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Sebaiknya memakai jarum suntik sekali pakai khusus untuk tuberkulin dengan 26-27 G. Bila dosis 0.1 ml disuntikkan dengan tepat dan cermat maka terbentuk suatu gelembung berdiameter 6-10 mm yang menyerupai gigitan nyamuk.
      Adanya indurasi (bentukan keras, teraba dan meninggi) dan bukan eritema, mengindikasikan hasil positif. Daerah indurasi sebesar 10mm atau lebih dianggap bermakna dan mencerminkan adanya sensitivitas yang berasal dari infeksi dengan basil. Daerah indurasi yang diameternya kurang dari 10mm dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai menderita tuberkulosis, penderita seropositif HIV, atau orang yang kontak dekat dengan penderita dengan sputum positif, atau belum lama positif terhadap M. tuberculosis.

1.      Pemeriksaan QuantiFERON-TB Gold
      Uji QuantiFERON-TB Gold merupakan pemeriksaan baru dikenalkan pada 2005. Ia merupakan pemeriksaan darah yang digunakan untuk menentukan bagaimana sistem imunitas klien beraksi terhadap M. tubercolosis. Hasil positiv dari quantiFERON- TB Gold hanya menunjukkan bahwa klien pernah terinfeksi, dan seperti uji kulit Mantoux, tidak dapat menginformasikan apakah klien telah berlanjut menjadi penyakit TB aktif. 
2.      Pemeriksaan Apusan dan Kultur Acid-Fast Bacillus
      Diagnosis TB yang lebih definitif dibuat dari apusan dan kultur AFB. Tiga spesimen sputum yang berbeda diambil pada tiga pagi berturutan. Apusan AFB sputum tidak terlalu sensitif, tetapi hasil positif dari apusan AFB sputum akan menginformasi penyakit aktif. indikator yang lebih reliabel adalah kultur positif untuk M.tuberculosis, yang menginformasi Tb aktif, namun hasil akhir kultur mungkin baru didapatkan 2-12 minggu kemudian. Walaupun pemeriksaan deteksi terbaru dapat menghasilkan hasil lebih cepat dan menunjukkan keuntungan klinis, namum peningkatan prefalensi MDR-TB dan XDR-TB masih membutuhkan metode kultur tradisional untuk diagnosisnya.


2.7      Terapi
2.7.1   Umum
·         Setelah 2-4 minggu, ketika penyakit tidak lagi infeksius, dapat memulai kembali aktifitas normal serta tetpa melanjutkan minum obat.
·         Diet tinggi kalori yang seimbang
·         Pada awalnya beristirahat, kemudian beraktifitas sesuai toleransi.

2.7.2        Pengobatan
a.       Terapi antituberkular untuk setidaknya selama 6bulan dengan dosis oral harian obat-obat berikut :
o   Isoniazid(INH) adalah obat yang paling penting dari terapi TB dan diberikan peroral, namun jalan lain bisa melalui intra vena. Umumnya INH ditoleransi dengan baik oleh klien, namun risiko terjadinya hepatitis akan meningkat seiring usia, konsumsi alkohol, dan penyakit hati yang mendasari
o   Rifampin juga merupakan obat anti tuberkulosis yang kuat dan dapat diberikan secara oral atau intra vena dan dimetabolisme oleh hati. Efek samping Rifampin yang sering ditemukan adalah membuat cairan tubuh seperti urine, keringat, air liur, sputum, dan air mata menjadi berwarna orange. Mual juga menjadi efek samping yang sering ditemui dan dapat dikurangi dengan membagi dosis menjadi separuh dan meminumnya 2kali sehari dengam makanan dibandingkan meminum sekali sehari.
o   Pirazinamid dan Etambutol memberikan efek tambahan yang mengurangi risiko resistansi obat yang dapat meningkatkan respons klien terhadap terapi.

b.    Obat lini ke dua yang termasuk sebagai berikut :
o   Capreomism
o   Streptomisin
o   Asam aminosalsilat (Asam paraaminosalsilat)
o   Pirazinamid
o   Sikloserin

1.      Pembedahan
Untuk beberapa komplikasi mungkin diperlukan tindakan bedah
2.      Terapi pencegahan
Klien yang terinfeksi M.Tuberculosis, tanpa penyakit TB aktif, dianggap memiliki infeksi TB laten. Klien ini biasanya memiliki reaksi positif terhadap uji kulit tuberculin, namun tanpa gejala. Mereka dengan infeksi TB laten tidak mengiunfeksi dan tidak dapat menyebarkan infeksi TB ke orang lain, tetapi sekitar 10% akan mengalami penyakit TB aktif di masa depan. Kemoprofilaksis dapat membantu klien menghindari TB aktif, dan juga mencegah infeksi awal pada orang yang baru terpapar. Rekomendasi saat ini untuk klien dengan infeksi TB laten adalah meminum Isoniazid selama 6/9bulan atau Rifampin selama 4bulan.









  


BAB III
TINJAUAN KASUS
           
            KASUS

Tn. A, 42 tahun, dating ke poliklinik dengan keluhan dengan keluhan sesak nafas dan batuk-batuk dengan sputum yang kental. Dari hasil pengkajian didapatkan: pasien tampak lemah, gelisah, pernafasan cepat dan dangkal, hasil auskultasi Ronchi (). Tanda- tanda vital TD 100/6, RR 28x/menit, S 38◦C. Hasil auskultasi: Ronchi (). Hasil analisa gas darah pH 7,55, PaO5, PaCO2 70. Tindakan yang diberikan: terpasang infuse NaCl 0,9% 28 antipiretik.

Pertanyaan:
1.      Data apakah yang perlu dikaji yang menunjukkan adanya TBC Paru?
2.      Apakah tindakan keperawatan prioritas untuk Tn.A?
3.      Apakah yang dapat kita analisa dari nilai analisa gas darah pasien?
4.      Berdasarkan data diatas, tuliskan minimal dua dianogsa keperawatan yang tepat untuk Tn.A!

Jawaban:
1.      Data Subjektif:
Pasien mengeluh sesak nafas dan batuk-batuk dengan sputum kental
Data Objektif:
·         Pasien tampak lemah dan gelisah
·         Pasien bernafas dengan frekuensi cepat dan dangkal atau tidak beratur
·         Hasil auskultasi Ronchi menunjukkan ositiv
·         TTV:    TD 100/60
RR 28x/menit
S 38◦C
pH 7,55
PaO2 65
PaCO2 70
·        Terpasang infuse NaCl 0,9% 28 tetes/menit
                                              
2.      a) Meningkatkan atau mempertahankan ventilasi atau oksigenisasi adekuat
b) Mencegah penyebaran infeksi
c) Mempertahankan strategi koping efektif
d) Mendukung perilaku atau tugas untuk mempertahankan kesehatan
e) Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan kebutuhan pengobatan
      
3.      Hasil analisa gas darah melebihi batas normal yaitu pH diatas normal 7>7,35 – 7,45 (alkalosis) PaO2 65<75-100 mmHg dan PaCO2 70> 35- 45mmHg (respiratori)

4.      a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental
b) Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi berhubungan dengan secret kental



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini yaitu :
·         Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. 
·         Agent penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari.
·         Host penyebab Tuberculosis. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang. Penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB.
·         Environment penyakit Tuberculosis adalah Lingkungan yang segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Tuberculosis Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan  faktor  toksis. 

·         Cara penularan  tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
·         Gejala penyakit tuberculosis antara lain Batuk, Sesak nafas, Nyeri dada, Demam, Malaise (keadaan lesu)
·         Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.
·         Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat digunakan yaitu Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (P), Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur, maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tuberkulosis.
4.2  Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah mengetahui apa itu penyakit Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu dengan selalu menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap bersih, mengingat bahwa penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan angka kematiannya cukup tinggi.