BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pendidikan kesehatan adalah
proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai
hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Tuberkulosis,
MTB, atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) merupakan penyakit menular
yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Tuberkulosis menyebar
melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau
menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat
asimtomatikdan laten.
Hampir 10
tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah
penderita tuberkulosis (TB). Baru pada tahun ini turun ke peringkat ke-4 dan
masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi
lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan
jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika
Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global Tuberculosis Control
2010).Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh
kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru
BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra
Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang
diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps).
Sementara itu, untuk keberhasilan
pengobatan dari tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam %), tahun 2003 (87%), tahun
2004 (90%), tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Tuberkulosis?
2.
Bagaimana cara Tuberkulosis meginfeksi manusia?
3.
Bagaimana cara penularan penyakit tuberkulosis dari
penderita ke masyarakat sehat?
4.
Bagaimana cara penanangan terhadap penderita tuberkulosis?
1.3 .Tujuan Penulisan
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau memperluas
pengetahuan masyarakat tentang turbekulosis atau TBC, sehingga masyarakat
mengetahui tanda-tanda awal timbulnya penyakit TBC dan mengetahui cara
penanggulangan penyakit tersebut.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Etiologi dan Faktor Resiko
Tuberculosis
(TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh M.tuberculosis, suatu bakteri aerob yang tahan asam (acid fast bacillus). TopletB merupakan
infeksi melalui udara dan umumnya didapatkan dengan inhalasi partikel kecil
(diameter 1 hingga 5mm) yang mencapai alveolus. Droplet tersebut keluar saat
berbicara, batuk, tertawa, bersin, dan atau menyanyi. Droplet nuklei terinfeksi
kemudian dapat terhirup oleh orang yang rentan (inang). Sebelum terjadi infeksi
paru, organisme yang terhirup harus melewati mekanisme pertahanan paru dan
menembus jaringan paru.
Paparan
singkat dengan TB biasanya tidak menyebabkan infeksi. Orang yang paling umum terserang infeksi adalah orang yang sering melakukan
kontak dekat berulang dengan orang yang terinfeksi yang penyakitnya masih belum
terdiagnosis. Orang tersebut mungkin orang yang memiliki kontak langsung dengan
klien yang kurang tertangani secara medis, populasi pendapatan rendah, orang
yang dilahirkan di luar negeri, atau penghuni fasilitas perawatan jangka
panjang atau suatu asrama. Populasi risiko tinggi lainnya adalah pengguna
obat-obatan intravena, tuna wisma, dan orang yang karena perkejaannya sering
terpapar TB aktif (pekerja kesehatan).
2.2 Bakteriologi
Penyebab
tuberkulosis adalah Mycobacterium
tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan
tebal 0,3-0,6/Um. Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex
adalah :
1. M.tuberculosae
2. Varian
Asian
3. Varian
African I
4. Varian
African II
5. M.
bovis
Kelompok kuman M.tuberculosae dan
Mycobacteria Other Than Tb (MOTT,atypical) adalah :
1. M.
kansasii
2. M.
avium
3. M.
intra cellulare
4. M.
scrofulaceum
5. M.
malmacerse
6. M.
Xenopi
Sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak(lipid), kemudian peptidoglikan dan
arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam
alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun- tahun dalam lemari es). Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi.
Sifat
lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwakuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggikandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal
ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.
2.3 Klasifikasi Tuberculosis
Sampai
sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli radiologi, ahli
patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman
klasifikasi tuberkulosis.
Dari sistem lama diketahui beberapa
klasifikasi seperti :
1. Pembagian
secara patologis
a.
Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
b.
Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)
2.
Pembagian secara aktivitas
radiologis
a
Tuberkolosis paru (Koch Pulmonum) aktif,
non aktifdan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh).
3.
Pembagian secara radiologis (luas lesi)
a
Tuberkolosis minimal
Terdapat sebagian kecil
infiltrat nonkavitas pada satu parumaupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak
melebihi satu lobus paru.
b.
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan
diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebiih
dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian
satu paru.
c.
Far
advanced tuberculosis.
d.
Terdapat infiltrat dan kavitas yang
melebihi keadaan pada moderately advanced
tuberculosis.
Di indonesia klasifikasi yang banyak
dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis:
a.
Tuberkulosis paru
b.
Bekas tuberculosis paru
c.
Tuberculosis paru tersangka, yang
terbagi dalam :
·
Tuberkulosis paru tersangka yang
diobati. Di sini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif.
·
Tuberkulosis paru tersangka yang tidak
diobati. Di sini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi Tb
dalam 4 kategori yakni : an terhadap:
a. Kategori
I, ditujukkan terhadap:
1. Kasus
baru dengan sputum positif
2. Kasus
baru dengan bentuk Tb berat
b. Kategori
II, ditujukan terhadap:
1. Kasus
kambuh
2. Kasus
gagal dengan sputum BTA positif
c. Kategori
III, ditujukkan terhadap:
1. Kasus
BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
2. Kasus
Tb ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
d. Kasuss
IV, ditujukkan terhadap: Tb kronik
2.4 Patogenesis
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbukak pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(airbone), yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin,
yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang
dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah
makrofag, sedangkan limfosit(biasanyay sel T) adalah sel imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan
di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai
reaksi hipersensitivitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolusbiasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu satu
sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar tertahan di saluran hidung
dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg,1981).
Setelah berada dalam ruang alveolusn biasanya dibawah lobus atau paru paru atau
dibagian atas lobus bawah – basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leokosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosis bakteria
namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari hari pertama maka
leokosit diganti oleh magrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsoldasi dan timbul gejala pnemonia akut. Pnemonia ini dapat sembuh dengan
sendirinya , sehingga tidak ada sisa yanh tertinggal atau proses juga dapat berjalan
terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening menuju ke getah bening regional. Makrofag
yang mengadakan inviltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentralesi memberikan
gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
disekitarnay yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut
yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus
ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat
dilihat pada orang yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke dalam brokus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas
akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini akan dapat terulang
kembali dibagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke
laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun
tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas. Keadaan ini tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama dan akan
menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui kelenjar
getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lulus dari kelenjar getah
bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang akan kadang-kadang
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini sebagai
penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkolosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskuler dan kesebar ke dalam organ-organ tubuh.
2.5 Manifestasi Klinis
Pada stadium dini
penyakit tuberkulosis biasanya tidak nampak adanya tanda atau gejala yang khas.
Tuberkulosis dapat didioagnosis hsnya dengan tes tuberkulin, pemeriksaan
radiogram dan pemeriksaan bakteriologik.
Menurut CDC, suatu kasus tuberkulosis
dapat dipastikan bila organisme M. tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika
bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus tuberkulosis dianggap benar bila
hal – hal berikut ini dapat ditemukan (poblik health service/center of disease
control, 1980) ;
1. Prosedur
diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap.
2. Bukti
adanya infeksi tuberkulosis
3. Radiogram
dada dengan hasil abnormal(tidak sabil, dapt memburuk atau membaik) dan adaau
tidak bukti klinis akan adanya penyakit
ini.
4. Keputusan
untuk memberikan suatu paket terapi yang lengkap dengan dua atau lebih obat
antituberkulosis.
Dengan berjalannya
penyakit dan semakin banyaknya destruksi jaringan paru – paru, produksi sputum semakin bnyak dan
batuk-batuk dapat menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada,
dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudah lanjut.
Beberapa penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada
malam hari, dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronkitis
akut dan pneumonia.
Deteksi dan diagnosis TB dicapai melalui
temuan pemeriksaan lit karena subjektif dan hasil pengujian objektif. Diagnosis
sulit karena TB menyerupai banyak penyakit lain dan dapat terjai bersama dengan
penyakit paru lainnya. Perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya harus memiliki
kecurigaan tingkat tinggi pada klien dengan risiko tinggi TB.
Riwayat klien meliputi pengkajian
kemungkinan paparan baru atau lama tehadap TB dan juga pekerjaan klien, dan
perjalanan atau riwayat tinggal di negara di negara dengan insiden TB yang tinggi.
Riwayat paparan TB sangat penting, tetapi sebagian klien tidak menyadari
paparan ini.
Innfeksi TB primer mungkin tetap tidak
dikenali karena relatif tanpa gejala. Lesi klasifikasi pada rongten dada dan
reaksi uji kulit positif sering kali merupakan satu-satunya indikasi bahwa
infeksi TB primer telah terjadi. Kebanyakan klien memiliki basilus tuberkel
seumur hidup dan tidak pernah mengalami penyakit aktif karena daya tahan tubuh
mereka cukup untuk menghalangi infeksi primer. Tuberkel akan sembuh melalui
fibrosis dan klasifikasi. Ketika orang yang terinfeksi mengalami penyakit
aktif, dapatt terjadi hal berikut :
1.
Lokasi kompleks primer berkembang dan
memburuk
2.
Terjadi kavitasi di dalam paru
3.
Infeksi aktif akan menyebarecara klinis
4.
Klien menjadi sakit
Keluhan yang
dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien
ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Keluhan yang terbanyak adalah:
1.
Demam
Biasanya
subferbil menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan dapat
mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian
dapat timbul kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
2.
Batuk atau Batuk Darah
Gejala ini
banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3.
Sesak nafas
Pada penyakit
ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
4.
Nyeri Dada
Gejala ini agak
jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik atau melepaskan napasnya.
5.
Malaise
Penyakit
tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksiatidak ada nafsu makan,
badan makain kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Gejala
Tuberkulosis Aktif
·
Gejala Paru
1.
Dispnea
2.
Batuk nonproduktif atau produktif
3.
Hemoptisis
4.
Nyeri dada yang berupa pleuritik atau
nyeri dada tumpul
5.
Sesak di dada
6.
Crackles dapat ditemukan pada auskultasi
·
Gejala Umum
1.
Rasa lelah
2.
Anoreksia (hilang nafsu makan)
3.
Kehilangan berat badan
4.
Demam rendah diikuti menggigil dan
berkeringat (sering pada malam hari) .
2.6
Temuan Diagnostik
2.6.1
Tes tuberkulin intradermal (
Mantaoux )
Adalah
dengan menyuntikkan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit
tuberkulin secara intrakutan, pada sepertiga atas permukaan volar lengan bawah
setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Sebaiknya memakai jarum suntik sekali
pakai khusus untuk tuberkulin dengan 26-27 G. Bila dosis 0.1 ml disuntikkan
dengan tepat dan cermat maka terbentuk suatu gelembung berdiameter 6-10 mm yang
menyerupai gigitan nyamuk.
Adanya indurasi (bentukan keras, teraba
dan meninggi) dan bukan eritema, mengindikasikan hasil positif. Daerah indurasi
sebesar 10mm atau lebih dianggap bermakna dan mencerminkan adanya sensitivitas
yang berasal dari infeksi dengan basil. Daerah indurasi yang diameternya kurang
dari 10mm dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai menderita
tuberkulosis, penderita seropositif HIV, atau orang yang kontak dekat dengan
penderita dengan sputum positif, atau belum lama positif terhadap M. tuberculosis.
1.
Pemeriksaan QuantiFERON-TB Gold
Uji QuantiFERON-TB Gold merupakan
pemeriksaan baru dikenalkan pada 2005. Ia merupakan pemeriksaan darah yang
digunakan untuk menentukan bagaimana sistem imunitas klien beraksi terhadap M.
tubercolosis. Hasil positiv dari quantiFERON- TB Gold hanya menunjukkan bahwa
klien pernah terinfeksi, dan seperti uji kulit Mantoux, tidak dapat
menginformasikan apakah klien telah berlanjut menjadi penyakit TB aktif.
2.
Pemeriksaan Apusan dan Kultur Acid-Fast
Bacillus
Diagnosis TB yang lebih definitif dibuat
dari apusan dan kultur AFB. Tiga spesimen sputum yang berbeda diambil pada tiga
pagi berturutan. Apusan AFB sputum tidak terlalu sensitif, tetapi hasil positif
dari apusan AFB sputum akan menginformasi penyakit aktif. indikator yang lebih
reliabel adalah kultur positif untuk M.tuberculosis, yang menginformasi Tb
aktif, namun hasil akhir kultur mungkin baru didapatkan 2-12 minggu kemudian.
Walaupun pemeriksaan deteksi terbaru dapat menghasilkan hasil lebih cepat dan
menunjukkan keuntungan klinis, namum peningkatan prefalensi MDR-TB dan XDR-TB
masih membutuhkan metode kultur tradisional untuk diagnosisnya.
2.7 Terapi
2.7.1 Umum
·
Setelah 2-4 minggu, ketika penyakit
tidak lagi infeksius, dapat memulai kembali aktifitas normal serta tetpa
melanjutkan minum obat.
·
Diet tinggi kalori yang seimbang
·
Pada awalnya beristirahat, kemudian
beraktifitas sesuai toleransi.
2.7.2
Pengobatan
a.
Terapi antituberkular untuk setidaknya
selama 6bulan dengan dosis oral harian obat-obat berikut :
o
Isoniazid(INH) adalah obat yang paling
penting dari terapi TB dan diberikan peroral, namun jalan lain bisa melalui
intra vena. Umumnya INH ditoleransi dengan baik oleh klien, namun risiko
terjadinya hepatitis akan meningkat seiring usia, konsumsi alkohol, dan
penyakit hati yang mendasari
o
Rifampin juga merupakan obat anti
tuberkulosis yang kuat dan dapat diberikan secara oral atau intra vena dan
dimetabolisme oleh hati. Efek samping Rifampin yang sering ditemukan adalah
membuat cairan tubuh seperti urine, keringat, air liur, sputum, dan air mata
menjadi berwarna orange. Mual juga menjadi efek samping yang sering ditemui dan
dapat dikurangi dengan membagi dosis menjadi separuh dan meminumnya 2kali
sehari dengam makanan dibandingkan meminum sekali sehari.
o
Pirazinamid dan Etambutol memberikan
efek tambahan yang mengurangi risiko resistansi obat yang dapat meningkatkan
respons klien terhadap terapi.
b.
Obat lini ke dua yang termasuk sebagai
berikut :
o
Capreomism
o
Streptomisin
o
Asam aminosalsilat (Asam paraaminosalsilat)
o
Pirazinamid
o
Sikloserin
1.
Pembedahan
Untuk
beberapa komplikasi mungkin diperlukan tindakan bedah
2.
Terapi pencegahan
Klien yang terinfeksi
M.Tuberculosis, tanpa penyakit TB aktif, dianggap memiliki infeksi TB laten.
Klien ini biasanya memiliki reaksi positif terhadap uji kulit tuberculin, namun
tanpa gejala. Mereka dengan infeksi TB laten tidak mengiunfeksi dan tidak dapat
menyebarkan infeksi TB ke orang lain, tetapi sekitar 10% akan mengalami
penyakit TB aktif di masa depan. Kemoprofilaksis dapat membantu klien
menghindari TB aktif, dan juga mencegah infeksi awal pada orang yang baru
terpapar. Rekomendasi saat ini untuk klien dengan infeksi TB laten adalah
meminum Isoniazid selama 6/9bulan atau Rifampin selama 4bulan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn.
A, 42 tahun, dating ke poliklinik dengan keluhan dengan keluhan sesak nafas dan
batuk-batuk dengan sputum yang kental. Dari hasil pengkajian didapatkan: pasien
tampak lemah, gelisah, pernafasan cepat dan dangkal, hasil auskultasi Ronchi (₊). Tanda- tanda vital
TD 100/6, RR 28x/menit, S 38◦C. Hasil auskultasi: Ronchi (₊). Hasil analisa gas
darah pH 7,55, PaO5, PaCO2 70. Tindakan yang diberikan: terpasang infuse NaCl
0,9% 28 antipiretik.
Pertanyaan:
1. Data
apakah yang perlu dikaji yang menunjukkan adanya TBC Paru?
2. Apakah
tindakan keperawatan prioritas untuk Tn.A?
3. Apakah
yang dapat kita analisa dari nilai analisa gas darah pasien?
4. Berdasarkan
data diatas, tuliskan minimal dua dianogsa keperawatan yang tepat untuk Tn.A!
Jawaban:
1. Data
Subjektif:
Pasien mengeluh sesak nafas dan
batuk-batuk dengan sputum kental
Data Objektif:
·
Pasien tampak lemah dan gelisah
·
Pasien bernafas dengan frekuensi cepat
dan dangkal atau tidak beratur
·
Hasil auskultasi Ronchi menunjukkan
ositiv
·
TTV: TD
100/60
RR 28x/menit
S 38◦C
pH 7,55
PaO2 65
PaCO2 70
·
Terpasang infuse NaCl 0,9% 28
tetes/menit
2. a)
Meningkatkan atau mempertahankan ventilasi atau oksigenisasi adekuat
b) Mencegah penyebaran infeksi
c) Mempertahankan strategi koping
efektif
d) Mendukung perilaku atau tugas untuk
mempertahankan kesehatan
e) Memberikan informasi tentang proses
penyakit atau prognosis dan kebutuhan pengobatan
3. Hasil
analisa gas darah melebihi batas normal yaitu pH diatas normal 7>7,35 – 7,45
(alkalosis) PaO2 65<75-100 mmHg dan PaCO2 70> 35- 45mmHg (respiratori)
4. a)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental
b) Pertukaran gas, kerusakan, resiko
tinggi berhubungan dengan secret kental
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam
makalah ini yaitu :
·
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
·
Agent penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium
tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab
terjadinya infeksi tersering. Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada
lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari.
·
Host penyebab Tuberculosis. Seorang penderita
tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang. Penderita rata-rata dapat
menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi
baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika
ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB.
·
Environment penyakit Tuberculosis adalah Lingkungan
yang segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup,
nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua
elemen-elemen termasuk host yang lain.
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit
Tuberculosis Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis
kelamin, dan faktor toksis.
·
Cara penularan tuberkulosis paru melalui
percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru
BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama.
·
Gejala penyakit tuberculosis
antara lain Batuk, Sesak nafas, Nyeri dada, Demam, Malaise (keadaan lesu)
·
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada
infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi
aktif.
·
Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis
antibotik yang dapat digunakan yaitu Antibiotik yang paling sering digunakan
adalah Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (P), Streptomisin (S) dan
Etambutol (E). Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur,
maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru.
Kadang pembedahan dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan
bentuk tulang belakang akibat tuberkulosis.
4.2 Saran
Adapun saran
yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah mengetahui apa itu penyakit
Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu dengan selalu
menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap bersih,
mengingat bahwa penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan
angka kematiannya cukup tinggi.