Minggu, 28 Juni 2015

Pergaulan Bebas

 Pergaulan Bebas


Pergaulan.

Pergaulan merupakan suatu bentuk proses interaksi yang dilakukan oleh sebuah individu dengan individu lainnya, ataupun dengan individu dengan Kelompok.
Manusia di ciptakan sebagai Makhluk Sosial ( zoon-politicon ), yang artinya manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari kebersamaan dengan manusia lainnya, dapat diartikannya juga manusia tidak bisa lepas dari berbagai proses sosialisasi.
Salah satu contoh dari proses sosialisasi yang terbiasa dilakukan oleh manusia contohnya Pergaulan, dengan Pergaulan maka akan mencerminkan bagaimana kepribadian kita dan juga kita dapat melihat bagaimana kepribadian orang lain dalam suatu proses pergaulan, dan juga dapat kita lihat bentuk dalam pergaulan tersebut apakah pergaulan tersebut positif atau pergaulan tersebut Negatif.

·         PergaulanPositif.
Pergaulan Positif itu sendiri dapat berupa suatu bentuk kerjasama antar individu ataupun suatu bentuk kerjasama antar kelompok untuk melakukan suatuhal-hal yang positif.

·         PergaulanNegatif.
Sedangkan Pergaulan negative itu adalah pergaulan yang dalam semua hal maupun aspek sangatlah bertolak belakang dengan pergaulan negative yang cenderung akan mengarah ke dalam Pergaulan bebas.

Pada kesempatan kali ini sayaa kan membahas contoh tentang Pergaulan Negatif yaitu Pergaulan Bebas.

Dalam masaMuda / Remaja seseorang cenderung menginginkan kesenangan Duniawi, tanpa memperhatikan berbagai macam dampak negative yang akan ditimbulkan dari Perbuatan yang mengejar kesenagan Duniawi tersebut.
Remaja sekarang ini cenderung senang sekali bersenang-senang tanpa adanya batasan karena dirasanya hidup ini akan terasa lebih bebas apa bila bisa melakukan semua yang diinginkannya tanpa memperdulikan apakah itu Positif atau pun Negative sehingga mereka menyalah artikan arti dari Bebas itu sendiri yang sebenarnya malah mengarah ke Pergaulan Bebas, mereka hanyalah tau bahwa mereka bebas melakukan perbuatan apapun terserah apa yang mereka inginkan, salah satunya adalah Seks Bebas.
Sebenarnya Para remaja kini melakukan perbuatan-perbuatan seperti itu hanyalah di dorong dengan rasa keingin tahuannya yang sangatlah tinggi sehingga mereka cenderung ingin mencoba melakukan sesuatu yang baru, seperti halnya seks bebas, mabuk, menonton adengan-adengan yang melanggar norma maupun agama yang pada akhirnya malah akan membangkitkan hawa nafsu mereka dan dengan sendirinya menggerakkan mereka dengan rasa ingin mencobanya, berawal dari rasa keingintahuannya yang tidak bisa terkontrol setelah mengetahui dan mereka tahu bahwa itu tidaklah baik akan tetapi keingin tahuan tersebut malah membangkitkan rasa ingin mencoba mereka sehingga mereka mencobanya dengan pasangan mereka yang tetapi bukan istri melainkan pacar mereka, yang pada akhirnya akan menjadi perbuatan yang akan membuatnya hanya dipenuhi rasa Penyesalan.

Oleh karena itu saya kali ini mengangkat judul dari Pergaulan Bebas ini agar para Pembaca mengerti dan bisa mencoba untuk menghindari Pergaulan Bebas ini .

A.           ArtiPergaulanBebas.

Arti lain dari Pergaulan Bebas itu sendiri secara umum adalah segala bentuk Perlakuan Menyimpang dimana kata dari “Bebas” yang dimaksud tersebut sudah melewati batasan dari norma-norma yang ada. Jadi dapat kita simpulkan bahwa Pergaulan Bebas adalah segala Perilaku Manusia yang Melanggar maupun Menyimpang norma masyarakat maupun norma agama tanpa ada batasannya lagi.

Pada Dasarnya banyak Manusia yang ingin melihat dan merasakan apa saja yang telah mereka lihat agar merasa tidak ketinggalan jaman, dan mereka dapat menceritakan terhadap teman-temannya bahwa mereka telah melakukan Perbuatan tersebut dengan bangganya, Kemudian yang mendengarkan cerita tersebut juga tidak mau kalah dan malah ingin mencobanya juga sehingga dia pun dapat menceritakannya juga kepada teman-temannya yang lain untuk membanggkannya, setelah itu timbulah di Pikiran mereka bahwa melakukan perbuatan Menyimpang tersebut adalah hal-hal yang biasa saja.



B.           ContohPergaulanBebas

1.       Tindakan Kriminal
2.       Kenakalan di Luar Batas
3.       Alkoholisme
4.       Penyimpangan Seksual
5.       Narkoba
6.       Berbagai Penyimpangan lainnya.

C.            PenyebabPergaulanBebas.
Penyebab dari Pergaulan bebas itu sendiri bisa di katakan sangatlah banyak, dan kita harus bisa memandang dari berbagai macam sisi, untuk mengetahui penyebab dari pergaulan bebas itu sendiri.

1.       Orang Tua
Biasanya Penyebab dari Pergaulan Bebas karena orang tua adalah karena kurangnya Kasih Sayang atau pun Perhatian yang menjadi penyebab tertinggi dari Orang tua, karena banyaknya orang tua yang tidak peduli terhadap pergaulan anak, ada sebagian dari para orang tua yang mementingkan untuk memenuhi segala ke butuhan anak, tapi sang orang tua tidak pernah memperhatikan ataupun memberikan kasih sayang kepada sang anak, sehingga anak menjadi tidak betah berada di rumah sendiri sehingga menjadi pemicu si anak cenderung ikut ke dalam pergaulan bebas.

2.       Agama  / Iman
Padadasarnya Lemahnya Agama / Iman seseorang bisa menjadi salah satu factor utamanya kita terseret kedalam sebuah pergaulan bebas, contohnya saja Pada Jaman sekarang semakin berkembangnya Teknologi, Perkembangan/ Pertukaran Budaya, menjadi salah satu penyebabnya melemahnya Agama dan Iman seseorang, Pergaulan Sekarang membuat Anak Kecil menjadi Dewasa Secara cepat atau bisa kita bilang Dewasa Instan, oleh karena itu di Jaman sekarang ini lebih baik jika dari kecil sudah di perkenalkan dengan Agamanya dahulu, agar memiliki Mental, Iman , Agama yang cukup kuat untuk melawan terjangnya kemajuan teknologi dan Pergaulan bebas jama sekarangini.



D.           AkibatPergaulanBebas.

1.       DiriSendiri.

Akibat dari Pergaulan bebas yang paling utama adalah bagi diri sendiri, Kerugian yang paling terlihat adalah Kerugian padaFisik maupun Mental, contohnya : JIka seseorang Meminum minuman keras, Narkoba, Seks Bebas maka akibatnya akan merusak Kesehatan danjuga Mental diri sendiri, dikarenakan ketergantungan dari contoh diatas, seperti Seks Bebas yang akan merugikan diri sendiri dikarenakan salah satu pihak belum siap untuk menjadi seorang Imam, dan disalah satu pihak belum siap untuk Hamil di Luar Nikah yang sebenarnya masih ingin bersekolah maka akan merugikan diri sendiri, terlebih lagi Keluarga maupun Sekitarnya.

2.       Keluarga.

Akibatdari Pergaulan bebas bagi Keluarga contohnya saja Suasana bagi ketentraman dan juga ke damaian didalam keluarga yang tadinya tercipta maka bisa hancur atau Pecah dalam sekejap saja, dikarenakan Efekdari 1 orang maka Keluarga juga yang akan menanggung malu / Beban dari perbuatan Pergaulan Bebas sang Anak contohnya, dan yang Pasti pihak keluarga akan sangat Kecewa karena tidak berhasil mendidik sang anak dengan baik.

3.       Masyarakat.

Akibat Pergaulan bebas dari beberapa orang anak  / Remaja sekitar seperti Meminum minuman Keras / Alkohol , Kriminalitas, SeksBebas, dsb maka akan membuat masyarakat sangat terganggu dikarenakan ditakutkanya menjadikan lingkungan sekitar akan menjadi tidak baik, contoh terdekatnya adalah paraanak-anak lainnya yang tadinya belum terpengaruh bisa dengan sangat mudah terpengaruh dan dengan kejadian seperti ini Masyarakat bisa saja bertindak Seenak Hatinya dengan contoh memukuli beberapa Remaja yang melakukan Pergaulan Bebas tersebut, atau pun juga bisa lebih buruk pastinya.

Dan Sekian Pembahasan saya terhadap Pergaulan Bebas kali ini, mungkin kita akan lanjut untuk Penulisan berikutnya di lain kesempatan.


TerimaKasih.

Sabtu, 27 Juni 2015

Tugas Analisa Studi Kasus (TeoriOrganisasiUmum2#)


“Team Work Perawat Rumah Sakit Umum Derah X”


Kelompok :

AFIF NURMEIGI ( 10113290 )
ANDREAS EKA( 10113929 )
FACHRIZAL ( 13113026 )

LUKAS RADEN ( 15113050 )
MOZARA PUTRI ( 15113661 )
RANGGA MALELA ( 17113273 )
ROSITA AULIA ( 18113097 )





Universitas Gunadarma
2014/2015


“TEAMWORK PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH X”



RumusanMasalah :


RSUD X merupakansalahsaturumahsakitumum yang berada di daerah X. DenganVisimenjadiRumahSakitUmum yang diminatiolehmasyarakat.RSUD X selaluberusahauntukberbenahdiri agar dapatbertahan di tengahpersainganpertumbuhanrumahsakit di daerahtersebut.Kenyataan di lapanganmenunjukanbahwa RSUD X belummenunjukanhasil yang maksimal.Munculnyakeluhanmasyarakatmengenaipelayanan yang di berikan RSUD X danjumlahpasien yang belummenunjukkanpeningkatanadalahbukti yang mengindikasikanbahwapihak RSUD X belummampumewujudkanvisitersebut.
            Berdasarkanwawancaraawaldiperolehinformasimengenaiketidakpuasanpasienterhadapkualitaspelayan yang diberikanoleh RSUD X, khususnyapadabagiankeperawatan.Melalui survey kepadabeberapaperawat di RSUD X diperoleh data yang menunjukkanbahwaperawatkurangmerasakanadanyakerjasamadankomunikasi yang baik, kurangmemiliki rasa salingpercayadansalingmendukung, kurangmengetahuivisidanmisiorganisasidanmerasakan teamwork yang kurangefektif di RSUDX.
            Sikaptidakpedulidansalingmenyalahkanantarperawat, kurangadanyakeinginandankesadaranuntukmenyelesaikankonflik, kurangadanyakesadaranparaperawatakanpentingnyakerjasamadankomunikasisehinggaseringmenimbulkankonfliksertahubunganantarperawat yang dirasakankurangharmonis yang menghambatterjalinnyakerjasamamerupakanindikatormasalah yang sebenarnyadihadapiolehpihak RSUD X.







Analisa :
Dari RumusanMasalahKasusdiatasdapatkitamengertibahwaintidariPermasalahanKasusdiatasadalahTerletakpadaRendahnyatinggkatKerjasamaparaPerawat yang ada di dalam RSUD X, DimanatidakadanyaKerjasamadanjugakomunikasi yang baik, kurangmemiliki rasa salingPercayadansalingmendukungdalampekerjaannyasebagaisesamaperawatdanjugakurangmengetahuinyavisidanmisiOrganisasi, sehinggadapatmenimbulkansikapsalingtidakpeduliterhadapsesamaperawat di dalamsebuah RSUD X tersebut, bahkandapatmenimbulkansikapdimanasalingmenyalahkanantaraparaPerawatsehinggadapatmenimbulkanjugaKonflikIndividudariparamasing-masingperawat, dimanaakanmenjadi indicator masalah yang di hadapiolehpihak RSUD X, yaituketidaknyamanannyaparapasien yang berobat di RSUD X tersebutdanjugamenjadipenghambatpertumbuhandari Tingkat kemajuan RSUD X tersebutsehinggabelummampuuntukmewujudkanvisi-visinya.

Solusi :


DalamAnalisadariPerumusanMasalahdiatasSebagaiSolusidapatdimulaidariindividudarimasing-masingPerawatterlebihdahuluuntukmengetahuidimanaLetakKesalahannya yang dapatmenimbulkantingkatkerjasamadankomunikasimenjadikurangefektifsehinggatimbul rasa salingmenyalahkan, dan rasa salingkurangmempercayaiantaraPerawatdenganPerawatlainnya yang menimbulkan rasa ketidaknyamandariparaPasienitusendiri, di karenakanPerawatmerupakanTumpuandarisemuakegiatan yang adadidalamsebuah RS  sehinggamenjadiPenentuKeberhasilanmaupunkegagalandariRumahSakititusendiri.

Kesimpulan :


DalamAnalisaKasusdiatasdapatdiambilkesimpulanbahwaparaperawatperlumengetahuipentingnyaKerjasamadalamsuatuOrganisasiterlebihdalamsuatu RSUD, sehinggadapatmencapaiKomunikasi yang efektifdantinggkatKepercayaanmasing-masingPerawatuntuksalingmembantu, salingMendukung , SalingmemberikanPelayanandengankualitasterbaikdarimasin-masingPerawatterhadapparaPasien, sehinggadapatmenimbulkan Rasa KepercayaanantaraPasiedanjugaparaPerawatdanmenimbulkanhubungan yang harmonis, danjugadapatmenujukkanHasildari Usaha pihak RSUD X menjadilebihmaksimaldanmampudalammewujudkanvisi-visitersebutdandapatmenjadi factor Penentudaricitradankualitasrumahsakit.


Kamis, 04 Juni 2015

Budaya, Kreativitas dan Inovasi

Budaya, Kreativitas dan Inovasi


NAMA     : Afif Nurmeigi
NPM        : 10113290
KELAS    : 2KA35

1.    Pengertian dan Fungsi Budaya organisasi

Menurut Robbins (2003: 305) budaya organisasi merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh suatu organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik dari suatu budaya organisasi, bukan dengan apakah para karyawan menyukai budaya atau tidak.
Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai, dan ekspektasi. Schein (1981) dalam Ivancevich et.al., (2005: 44) mendefinisikan budaya sebagai suatu pola dari asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat belajar menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah berjalan cukup baik untuk dianggap valid, dan oleh karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan berperasaan sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.
Definisi Schein menunjukkan bahwa budaya melibatkan asumsi, adaptasi, persepsi dan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa budaya organisasi memiliki tiga lapisan, lapisan pertama mencakup artifak dan ciptaan yang tampak nyata tetapi seringkali tidak dapat diinterpretasikan. Di lapisan kedua terdapat nilai atau berbagai hal yang penting bagi orang. Nilai merupakan kesadaran, hasrat afektif, atau keinginan. Pada lapisan ketiga merupakan asumsi dasar yang diciptakan orang untuk memandu perilaku mereka. Termasuk dalam lapisan ini adalah asumsi yang mengatakan kepada individu bagaimana berpersepsi, berpikir, dan berperasaan mengenai pekerjaan, tujuan kinerja, hubungan manusia, dan kinerja rekan kerja.
Fungsi Budaya Organisasi Robbins (2003: 311) menyatakan bahwa budaya menjalankan sejumlah fungsi di dalam sebuah organisasi, yaitu:
a.    Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, yang artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
b.    Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c.    Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang.
d.    Budaya memantapkan sistem sosial, yang artinya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan suatu organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.
e.    Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
Secara alami budaya sukar dipahami, tidak berwujud, implisit dan dianggap biasa saja. Tetapi semua organisasi mengembangkan seperangkat inti pengandaian, pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari dalam tempat kerja. Peran budaya dalam mempengaruhi perilaku karyawan semakin penting bagi organisasi. Dengan dilebarkannya rentang kendali, didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim, dikuranginya formalisasi, dan diberdayakannya karyawan oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua karyawan diarahkan kearah yang sama. Pada akhirnya budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi.

2.    Tipopologi Budaya Organisasi
Ada beberapa tipologi budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1998) mengkategorisasi jenis budaya organisasi menjadi tiga yaitu budaya kuat dan budaya lemah; budaya yang memiliki kecocokan strategik; dan budaya adaptif. Organisasi yang berbudaya kuat biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu gaya tertentu. Dalam budaya organisasi yang kuat ini nilai-nilai yang dianut bersama itu dikonstruksi ke dalam semacam pernyataan misi dan secara serius mendorong para manajer untuk mengikutinya. Karena akar-akarnya sudah mendalam, gaya dan nilai budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah walaupun ada pergantian pimpinan.
Sejalan dengan itu, Robbins (1990) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan budaya yang kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya tersebut. Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut tidak begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan kemungkinan besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian pimpinan atau sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
Jenis budaya yang cocok secara strategik memiliki perspektif yang menegaskan tidak ada resep umum untuk menyatakan seperti apa hakikat budaya yang baik itu, hanya apabila “cocok” dengan konteksnya. Konteks itu dapat berupa kondisi objektif dari organisasinya, segmen usahanya yang dispesifikasi oleh strategi organisasi atau strategi bisnisnya sendiri. Konsep kecocokan sangat bermanfaat khususnya dalam menjelaskan perbedaanperbedaan kinerja jangka pendek dan menengah. Esensi konsepnya mengatakan bahwa suatu budaya yang seragam tidak akan berfungsi. Oleh karena itu, beberapa variasi dibutuhkan untuk mencocokan tuntutan-tuntutan spesifik dari bisnis-bisnis yang berbeda itu.
Budaya adaptif didasari pemikiran bahwa organisasi merupakan sistem terbuka dan dinamis yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk dapat meraih sukses dalam lingkungan yang senantiasa berubah, organisasi harus tanggap terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dapat membaca kecenderungan-kecenderungan penting dan melakukan penyesuaian secara cepat. Budaya organisasi adaptif memungkinkan organisasi mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi tanpa harus berbenturan dengan perubahan itu sendiri.
Selanjutnya, Luthans (1992) memaparkan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut:
·         Inisiatif individu 
·         Toleransi terhadap risiko 
·         Pengarahan 
·         Integrasi 
·         Dukungan manajemen 
·         Pengawasan 
·         Identitas 
·         Sistem penghargaan 
·         Toleransi terhadap konflik 
·         Pola komunikasi.
Semua karakteristik budaya organisasi tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, dalam arti bahwa unsur-unsur tersebut mencerminkan budaya yang berlaku dalam suatu jenis organisasi, baik yang berorientasi pada pelayanan jasa maupun organisasi yang menghasilkan produk barang.
Robbins (1990) mengemukakan 10 karakteristik budaya organisasi, yaitu:
·         Inisiatif individu 
·         Toleransi terhadap risiko 
·         Pengarahan 
·         Integrasi 
·         Dukungan manajemen 
·         Pengawasan 
·         Identitas 
·         Sistem penghargaan 
·         Toleransi terhadap konflik 
·         Pola komunikasi
Inisiatif individual adalah seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini meliputi tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari masing-masing anggota organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengambil keputusan.
Toleransi terhadap risiko, menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif dan mau menghadapi risiko dalam pekerjaannya. Pengarahan, hal ini berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan waktu.
Integrasi adalah seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam melaksanakan tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan koordinasi yang baik. Dukungan manajemen, dalam hal ini seberapa jauh para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
Pengawasan, meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan. Identitas, menggambarkan pemahaman anggota organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.
Sistem penghargaan pun akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti pengalokasian “reward” (kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah ditentukan. Toleransi terhadap konflik, menggambarkan sejauhmana usaha untuk mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi. Karakteristik yang terakhir adalah pola komunikasi, yang terbatas pada hierarki formal dari setiap perusahaan.

3.    Kreatifitas Individu dan Team Proses Inovasi
Kreativitas dengan inovasi itu berbeda. Kreativitas  merupakan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru,  sedangkan  inovasi adalah  melakukan  sesuatu yang baru. Hubungan  keduanya  jelas. Inovasi merupakan aplikasi praktis dari kreativitas. Dengan  kata lain, kreativitas bisa merupakan variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel tak bebas. Dalam praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang meliputi  strategi,  taktik, dan eksekusi. Dalam  pitching  konsultansi atau agency, sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual apa yang  disodorkan agency bagus, tetapi strategi itu tak  berdampak pada  perusahaan  karena  mandek di  tingkat  eksekusi.  Mengapa? Sebab, strategi bisa ditentukan oleh seseorang, tetapi  eksekusinya  harus  melibatkan  banyak orang, mulai  dari  atasan  hingga bawahan. Di sinilah mulai ada gesekan antarkaryawan, beda persepsi hingga ke sikap penentangan.
Itu sebabnya, tak ada perusahaan yang mampu berinovasi  secara konsisten  tanpa  dukungan karyawan yang bisa  memenuhi  tuntutan persaingan. Hasil pengamatan kami menunjukkan, perusahaan-perusahaan  inovator sangat memperhatikan masalah  pelatihan  karyawan, pemberdayaan, dan juga sistem reward untuk meng-create daya pegas inovasi.  Benih-benih inovasi akan tumbuh baik  pada  perusahaan-perusahaan  yang selalu menstimulasi karyawan, dan mendorong  ke arah ide-ide bagus. Melalui program pelatihan, sistem reward, dan komunikasi, perusahaan terus berusaha untuk  mendemokratisasikan inovasi.

PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI

PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI



NAMA     : Afif Nurmeigi
NPM        : 10113290
KELAS    : 2KA35

   PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI

1. pengertian dan perubahan organisasi
perubahan organisasi
            Perubahan adalah hal yang pasti akan dilakukan oleh setiap organisasi di dunia ini untuk menjaga eksistensinya, akibat perubahan zaman. Perubahan atau berubah secara etimologis dapat bermakna sebagai usaha atau perbuatan untuk membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Dalam istilah perubahan organisasi, dikenal juga istilah serupa yaitu change interventation adalah sebuah rancangan aksi atau tindakan untuk membuat inovasi dan merubah sesuatu menjadi berbeda.
Perubahan organisasi adalah upaya masyarakat dalam organisasi tersebut, bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan yang sama, dengan melakukan perubahan-perubahan organisasi dalam berbagai aspek. 
Factor-faktor dalam perubahan organisasi:

a. Faktor Ekstern            Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.

b. Faktor Intern
            Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem hubungan antar anggota
- Problem dalam proses kerja sama
- Problem keuangan

Perkembangan organisasi
            Sebuah organisasi sangatlah perlu mengalami sebuah perkembangan, karena suatu organisasi dapat dikatakan berhasil saat organisasi tersebut berkembang ke arah yang positif, sehingga rakyat yang tergabung dalam organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya. Dan dalam suatu perkembangan organisasi memerlukan penyesuaian sistem pada organisasi tersebut dalam mengikuti perubahan zaman. Dan perkembangan suatu organisasi juga dapat dijadika paramater bagi organisasi tersebut, apakah organisasi tersebut dapat tetap eksis dan mengayomi masyarakat organisasi tersebut dalam menghadapi perkembangan zaman. Jika sebuah organisasi sudah tidak bisa mengayomi atau gagal dalam mencapai tujuan dari masyarakat dari organsasi tersebut maka, organisasi tersebut adalah organisasi yang telah gagal dalam perkembangannya.

2. Langkah - langkah perubahan organisasi
            Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael Hammer dan James Champy menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer, competition, dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan perubahan menjadi konstan.
Resistensi Individual, Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan :
KEBIASAAN, merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri.
RASA AMAN, kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan karyawan memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai.
FAKTOR EKONOMI, Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurun-nya pendapatan.TAKUT AKAN SESUATU YANG TIDAK DIKETAHUI Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keragu-raguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.
3. Perencanaan strategi perkembangan organisasi 
perencanaan strategis adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana suatu organisasi/perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan. Hasil dari proses perencanaan strategi berupa dokumen yang dinamakanstrategic plan yang berisi informasi tentang program-program beberapa tahunyang akan datang. Manajer memerlukan jenis perencanaan khusus yang disebut perencanaan strategis. Perencanaan strategis ini akan digunakan untuk menentukan misi utama organisasi dan membagi-bagi sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya.
Ada 2 (dua) alasan yang menunjukkan pentingnya Perencanaan Strategis :
·         memberikan kerangka dasar dalam mana semua bentuk-bentuk perencanaan lainnya yang harus di ambil. 
·         akan mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencaaan lainnya.
Dengan adanya perencanaan strategis ini maka konsepsi perusahaan menjadi jelas sehingga akan memudahkan dalam memformulasikan sasaran serta rencana-rencana lain dan dapat mengarahkan sumber-sumber organisasi secara efektif. 

Tiap penerapan perlu merancang variasinya sendiri sesuai kebutuhan,situasi dan kondisi setempat. Meskipun demikian, secara umum proses perencanaan strategis memuat unsur-unsur:
·         perumusan visi dan misi, 
·         pengkajian lingkungan eksternal,
·         pengkajian lingkungan internal,
·         perumusan isu-isu strategis,
·         penyusunan strategi pengembangan (yang dapat ditambah dengan tujuan dan sasaran). 
4. implikasi manajerial
Sebab yang terjadi karena adanya perubahan dan pengembangan organisasi adalah sebuah organisasi tersebut akan mengalami peningkatan baik dalam kinerja maupun hal lainnya, organisasi tersebut juga tidak akan diam/stuck di dalam suatu posisi melainkan terus berkembang semakin hari.
REFRENSI

DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI

DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI



NAMA     : Afif Nurmeigi
NPM        : 10113290
KELAS    : 2KA35

A. DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
Empat desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi, Para peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman mengenai hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel lainnya. Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.
1.Formalisasi
Formalisasi mengacu derajat dimana segala harapan mengenai cara dan tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan diberlakukan. Suatu organisasi yang sangat formal, akan memuat prosedur dan aturan yang ketat dalam setiap kegiatan / pekerjaan di dalam organisasi. Dengan demikian, semakin formal suatu organisasi, maka semakin ketat pula aturan dan prosedur kerja. Formalisasi merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang tinggi, pendelegasian kewenangan yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan fungsi, dan luasnya rentang kendali.
2.Sentralisasi
Sentralisasi merupakan dimensi struktur organisasi yang mengacu pada derajat dimana kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai oleh manajemen puncak. Hubungan sentralisasi dengan empat desain keputusan adalah sebagai berikut : Semakin tinggi spesialisasi kerja, semakin besar sentralisasi, Semakin sedikit kewenangan yang didelegasikan, semakin besar sentralisasi, Semakin besar penggunaan departemen berdasarkan fungsi, semakin besar sentralisasi, Semakin luas rentang kendali, semakin besar sentralisasi.
3.Kerumitan
Kerumitan (complexity) adalah suatu struktur organisasi yang mengacu pada jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam organisasi.

B. DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa-numeral
9. Proyek atau matriks
Departementalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi.
kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
Pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
Departementalisasi Divisional :Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan. Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk).
Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metode-metode pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi. Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.

C. MODEL-MODEL DESAIN ORGANISASI
Pada penerapannya, model desain orgranisasi terdiri dari 2 model, yaitu Desain organisasi Mekanistik dan Desain organisasi orgranik.
1. Desain Organisasi Mekanistik.
Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan.
Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi.
Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan cenderung terganggu tidak akurat.
Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh bawahan atas tujuan dan metode departemental.
Proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas, keputusan Relatif.
Proses penyusun tujuan dilakukan di tingat puncak original, tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok.
Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.
2. Desain Orgranisasi Orgranik.
Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode Partisipasi.
Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas ke bawah dan kesamping.
Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, bai atasan ataupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode partemental.
Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok.
Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis.
Proses kendali menyeber ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan pengendalian diri.
Desain organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada teori sebagai satu cara terbaik melainkan manajer harus menerima sudut pandang bahwa desain mekanistik atau desain organik lebih efektif bagi organisasi atau sub-sub untit di dalamnya.

D.IMPLIKASI MANAJERIAL DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dapat menghasilkan struktur atau susunan yang berkualitas didalam suatu organisasi, karena ada teori yang mengatakan posisi adalah kualitas maka setiap orang yang menempati posisi yang ia kuasai dalam suatu organisasi akan menghasilkan kontribusi besar dalam suatu organisasi tersebut. itulah alasan mengapa diperlukan implikasi manajerial desain dan struktur organisasi.


http://candra-zulisman.blogspot.com/2013/04/dimensi-struktur-organisasi.html
http://ali-zainal11.blogspot.com/2013/04/desain-dan-struktur-organisasi.html
http://phunnypelupa.blogspot.com/2011/04/bab-5-desain-dan-struktur-organisasi.html
http://zhaxiann.blogspot.com/2013/04/desain-dan-struktur-organisasi.html